Bapak, pergi menjalani pagi menatap langkah menjemput rizki dengan memastikan dahulu perut keluarga sudah terisi Bapak, semangat untuk bekerja karena itu yang dia bisa untuk memenuhi kecukupkan serta keinginan keluarga mungkin bukan segenggam emas yang ada di tangan tapi doa yang penuh dengan harapan apa itu ketenaran ambisi? apa itu cita cita pribadi? apa itu hobby yang menemani? (semua sudah tidak ada) Bapak hanya berifikir untuk keluarga bagaimana masa depan mereka nantinya waktu sore hari tlah menjelang Bapak, dalam perjalanan pulang penuh keringat dan peluh tatapi senyum akan tetap mengembang mungkin bukan segenggam emas yang ada di tangan tapi doa yang penuh dengan harapan apa itu ketenaran ambisi? apa itu cita cita pribadi? apa itu hobby yang menemani? (semua sudah tidak ada) Bapak, hanya berifikir untuk keluarga bagaimana masa depan mereka nantinya Bapak, termenung di teras halaman depan tidak tau apa yang sedang dipikirkan bukan teh atau kopi panas yang di tangan hanya segelas air putih satu tegukan (itu bahkan tetap utuh sampai malam menjelang) mungkin bukan segenggam emas yang ada di tangan tapi doa yang penuh dengan harapan apa itu ketenaran ambisi? apa itu cita cita pribadi? apa itu hobby yang menemani? (semua sudah tidak ada) Bapak, hanya berifikir untuk keluarga bagaimana masa depan mereka nantinya